Selasa, 28 April 2020

Masa Perundagian

Gadis Rantau
Masa perundagian-Zaman perundagian ini adalah zaman manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan umumnya terbuat dari bahan logam. Penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang- barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia masih juga menggunakan barang- barang yang terbuat dari batu.
Zaman perundagian ini adalah zaman manusia sudah mengenal pengolahan logam Masa Perundagian
Sumber gambar; Google
Penggunaan bahan logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu. Persediaan logam sangatlah terbatas. Hanya orang- orang tertentu yang memiliki barang- barang yang terbuat dari logam. Kemungkinan hanya orang- orang yang mampu membeli bahan- bahan saja. Keterbatasan persediaan ini memungkinkan barang- barang dari logam diperjualbelikan. Dan dengan adanya perdagangan, dapat diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagian telah mengadakan hubungan dengan luar.


Sistem sosial-ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian ini diperkirakan telah mengenal pembagian kerja. Hal tersebut dapat di lihat dari pengerjaan barang- barang dari logam. Pengerjaan barang- barang dari logam membutuhkan suatu keahlian (skill), tidak semua orang dapat mengerjakan pekerjaan tersebut. Selain itu, ada juga orang- orang tertentu yang memiliki benda- benda dari logam. Dengan demikian, di masa perundagian sudah terjadi pelapisan sosial. Bahkan bukan hanya pembuat & pemilik, tetapi adanya pedagang yang memperjualbelikan logam. Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal system kemasyarakatan yang teratur. Masyarakat hidup di ikat oleh norma- norma & nilai. Norma- norma & nilai- nilai ini diciptakan oleh mereka sendiri, disepakati & dijadikan pegangan dalam menjalan kehidupannya.

Sebagaimana layaknya dalam suatu sistem kemasyarakatan, pada masa ini sudah ada pemimpin & ada masyarakat yang di pimpin. Struktur itu dikatakan ada kalau di lihat dari penemuan alat- alat penguburan. Kuburan- kuburan yang ada terdapat kuburan yang diiringi dengan berbagai bekal untuk mayat. Model kuburan itu diperkirakan hanya untuk para pemimpin. Sistem mata pencaharian pada masa perundagian telah mengalami kemajuan. Keterikatan terhadap bahan- bahan makanan yang disediakan oleh alam mulai berkurang, sehingga mereka mampu mengolah sumber-sumber daya yang ada tersebut di alam untuk dijadikan bahan makanan. Cara bertani berhuma sudah mulai berubah menjadi bertani dengan cara bersawah. Ada perbedaan dalam cara bertani berhuma dengan bersawah. Dalam bertani berhuma ada kebiasaan meninggalkan tempat olahannya, apabila tanahnya sudah tidak lagi subur, jadi hidup mereka tidak menetap secara permanen. Sedangkan dalam bertani bersawah tidak lagi berpindah, mereka lebih memlih tinggal secara permanen. Hal tersebut dikarenakan pengolahan tanah pertanian sudah menggunakan pupuk yang membantu kesuburan tanah. Dengan demikian masyarakat tidak akan meninggalkan lahan garapannya itu. Bukti adanya kehidupan bersawah yakni dengan ditemukannya alat- alat pertanian yang terbuat dari logam, seperti bajak, pisau, & alat-alat yang lainnya.


Benda- benda yang dihasilkan
Benda- benda yang dihasilkan di zaman perundagian mengalami kemajuan dalam hal teknik pembuatan. Teknik pembuatan barang dari logam yang paling utama adalah melebur, yang kemudian di cetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Ada 2 teknik pencetakan logam yakni bivolve & a cire perdue. Teknik bivolve dilakukan dengan cara menggunakan cetakan- cetakan dari batu yang dapat digunakan berulang kali. Cetakan terdiri dari 2 bagian (kadang- kadang lebih khususnya untuk benda- benda besar) di ikat. Ke dalam rongga cetakan tersebut dituangkan perunggu cair. Kemudian cetakan di buka setelah logamnya mengering / dingin. Teknik a cire perdue di kenal pula dengan istilah cetak lilin. Cara yang dilakukan yakni dengan membuat cetakan model benda dari lilin. Cetakan itu kemudian di bungkus dengan tanah liat. Setelah tanah liat yang berisi lilin itu di bakar. Lilin akan mencair & keluar dari lubang yang telah di buat. Maka terjadilah benda tanah liat bakar yang memiiki rongga. Bentuk rongga sama dengan bentuk lilin yang telah cair. Setelah cairan logam dingin cetakan tanah liat di pecah & terlihatlah cairan logam yang telah membeku membentuk suatu barang sesuai dengan rongga yang ada di dalam tanah liat.

Pada masa perundagian dihasilkan juga benda- benda yang terbuat dari perunggu, yakni sebagai berikut;

1.Bejana.
Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Pola hiasan benda ini berupa pola hias anyaman & huruf L. Bejana ditemukan di daerah Madura & Sumatera.

2.Nekara.
Nekara ialah semacam berumbung terbuat dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya & sisi atap tertutup. Pada nekara terdapat pola hias beraneka ragam yang di buat yaitu pola binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang, gambar harimau, & gambar manusia. Dengan hiasan demikian beragam, maka nekara memiliki nilai seni cukup tinggi. Beberapa tempat ditemukannya nekara yakni Bali, Sumatra, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Alor, dan Kepulauan Kei. Di Bali ditemukan nekara, bentuknya besar & masyarakat di sana mempercayai bahwa benda tersebut jatuh dari langit. Nekara tersebut di simpan di sebuah pura (kuil) di desa Intaran daerah Pejeng. Puranya di beri nama Pura Panataran Sasih (bulan ). Di Alor banyak ditemukan nekara dengan bentuk kecil tetapi memanjang yang di sebut moko. Hiasan- hiasan yang ada pada nekara di Alor ini bergambar dengan bentuk hiasan, ada yang merupakan hiasan jaman Majapahit. Hubungan antar-wilayah di Indonesia diperkirakan sudah terjadi pada masa perundagian dengan ditemukannya nekara. Hal tersebut dapat di lihat dari Nekara yang berasal dari Selayar & Kepulauan Kei dihiasi gambar-gambar gajah, merak, & harimau. Sedangkan binatang yang tercantum pada nekara tersebut tidak ada di di daerah tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa nekara berasal dari daerah Indonesia bagian barat / dari benua Asia. Hal yang menarik lagi, ditemukannya nekara di Sangean. Nekara yang ditemukan di daerah itu bergambar orang menunggang kuda beserta pengiringnya yang memakai pakaian orang Tartar. Dengan ada-nya gambar itu menunjukkan terjadi hubungan bangsa Indonesia pada saat itu dengan bangsa Cina. Jadi, hubungan antara Indonesia dengan Cina telah ada sejak zaman perunggu. .

3.Kapak corong.
Alasan Kapak ini disebut kapak corong karena bagian atas-nya berbentuk corong yang sembirnya belah. Benda ini terbuat dari logam. Ke dalam corong itu dimasukkan tangkai kayu yang menyiku pada bidang kapak tersebut. Kapak tersebut di sebut juga kapak sepatu, di karena hampir mirip dengan bentuk sepatu. Ukuran kapak kecil beragam, ada yang kecil & sangat sederhana, besar memakai hiasan, pendek besar, bulat, & panjang sisinya. Ada kapak corong yang satu sisinya di sebut candrasa. Tempat ditemukannya kapak itu di Sumatra Selatan, Bali, Sulawesi Tengah & Selatan, pulau Selayar, & Irian dekat danau Sentani. Kapak yang beragam bentuknya itu, tidak semua digunakan sebagaimana layaknya kegunaan kapak sebagai alat bantu yang fungsional umumnya. karena, kapak tersebut juga digunakan sebagai barang seni & alat upacara, seperti candrasa. Di Yogyakarta, telah ditemukan candrasa yang dekat tangkainya terdapat hiasan gambar seekor burung terbang sambil memegang candrasa.

4.Perhiasan.
Manusia masa perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, & bandul kalung. Benda- benda itu ada yang di beri pola hias & ada yang tidak. Benda yang diberi pola hias seperti cincin / gelang yang di beri pola hias geometrik. Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan sebagai perhiasan, namun sebagai alat tukar. Cincin seperti itu ukurannya sangat kecil bahkan tidak bisa dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat- tempat ditemukannya benda-benda itu antara lain; Bogor, Malang, & Bali. Perhiasan- perhiasan yang lainnya juga ditemukan pada masa perundagian; yaitu manik-manik. Pada masa prasejarah manik- manik telah banyak digunakan untuk upacara, bekal orang meninggal (di simpan dalam kuburan), & alat tukar. Pada masa perundagian, bentuk manik- manik mengalami banyak perkembangan. Pada zaman prasejarah lebih banyak yang terbuat dari batu, sedangkan pada masa ini sudah di buat dari kulit kerang, batu akik, kaca, serta ada yang dari tanah-tanah yang dibakar. Manik-manik memiliki bentuk yang beragam ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam, oval, & sebagainya. Di Indonesia beberapa daerah yang merupakan tempat ditemukannya manik- manik antara lain; Bogor, Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, & Besuki.

5.Perunggu.
Pada masa perundagian dihasilkan pula arca- arca terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca itu dilakukan pula dengan menuangkan cairan logam. Patung yang di buat berbentuk beragam, ada yang berbentuk manusia & binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda & sedang memegang panah. Arca binatang ada yang berupa arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, & kuda dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca itu; di Bangkinang (Provinsi Riau), Lumajang, Palembang, dan Bogor.


Sistem kepercayaan
Pada masa perundagian ini memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhurnya & yang membedakannya adalah alat yang digunakan dalam praktek kepercayaan. Pada masa perundagian, benda- benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan yakni perunggu. Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh manusia zaman perundagian masih memelihara hubungan dengan orang yang meninggal. Pada masa tersebut, praktek penguburan menunjukkan stratifikasi sosial antara orang yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang- orang terpandang selalu dibekali barang-barang yang mewah & upacara yang dilakukan dengan cara di arak oleh orang banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal orang biasa, upacara dilakukan secara sederhana & kuburan mereka tanpa dibekali dengan barang- barang mewah. Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan itu mengalami perkembangan. Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup mereka. Misal ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para nelayan, Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini yakni penyembahan kekuatan yang di anggap sebagai penguasa pantai itu. Penguasa ini-lah yang mereka anggap memberikan kemakmuran untuk kehidupan mereka. Sedang di daerah pedalaman / pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang di anggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian mereka.