Selain tradisi ngayah, Bali juga memiliki keunikan dari sistem pengairannya, yaitu Subak yang dikenal dengan nilai budaya yang ada di dalamnya. Bali tidak hanya memiliki keindahan pantai, upacara adat, atau tarian tradisional. Ada budaya lain dari Bali yang kini diakui dunia sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada Juni 2012, yaitu subak. Subak merupakan salah satu sistem kemasyarakatan adat Bali yang khusus mengatur sistem pengairan sawah (irigasi). Daerah yang termasuk warisan dunia meliputi lima kabupaten, yaitu Gianyar, Badung, Buleleng, Tabanan, dan Bangli.
Budaya subak Bali merupakan perwujudan luar biasa petani Bali. Tradisi pengairan sawah ini menggabungkan nilai-nilai tradisional suci dengan sistem kemasyarakatan yang tertata dengan baik. Subak juga merupakan perwujudan dari Tri Hita Karana, falsafah masyarakat Bali yang sebagian besar masyarakatnya menganut ajaran Hindu. Hal tersebut merupakan bentuk nyata dari keyakinan masyarakat Bali yang berakar pada konsep kesadaran bahwa manusia harus selalu menjaga hubungan yang selaras antara manusia dan Tuhan, manusia dan sesama manusia, dan antara manusia dan alam dalam kehidupan sehari-hari.
Subak biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani yang diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali.
Tanah di Bali bagian selatan lebih subur dan luas daripada Bali bagian utara. Oleh karena itu, sekitar 70% penduduk di Bali Selatan bekerja dengan bercocok tanam. Sistem pengairannya disebut Subak. Di lereng pegunungan, sawah dibuat bertingkat-tingkat atau berundak-undak yang disebut sengkedan. Bila musim panen tiba, para petani di Bali Selatan berada di sawah. Sebagai tanaman selingan, mereka juga menanam palawija. Sebaliknya, di Bali Utara lahan pertaniannya sempit, sehingga penduduk Bali Utara lebih banyak menanam tanaman perkebunan, di antaranya: kopi, teh, tebu, dan kelapa.
Perhatikan peta Bali di bawah ini.
Tuliskan koordinat dari setiap daerah di bawah ini!
Gianyar berada di lokasi ( D,10)
Badung berada di lokasi ( D, 9)
Buleleng berada di lokasi (I , 8)
Tabanan berada di lokasi ( E, 8)
Bangli berada di lokasi ( F, 10 )
Keunikan budaya yang sudah tertanam dalam diri masyarakat di beberapa daerah sampai sekarang masih menjadi tradisi yang melekat. Subak di Bali menggambarkan kemampuan masyarakat adatnya menerjemahkan sistem falsafah mereka dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hal itu menjadi tercermin dalam perencanaan dan pemanfaatan lahan, penataan pemukiman, arsitektur, upacara dan ritual, serta seni dan juga organisasi sosial. Penerapan konsep tersebut juga terbukti menciptakan pemandangan alam yang mengagumkan dan memiliki nilai budaya tinggi.
Budaya subak Bali merupakan perwujudan luar biasa petani Bali. Tradisi pengairan sawah ini menggabungkan nilai-nilai tradisional suci dengan sistem kemasyarakatan yang tertata dengan baik. Subak juga merupakan perwujudan dari Tri Hita Karana, falsafah masyarakat Bali yang sebagian besar masyarakatnya menganut ajaran Hindu. Hal tersebut merupakan bentuk nyata dari keyakinan masyarakat Bali yang berakar pada konsep kesadaran bahwa manusia harus selalu menjaga hubungan yang selaras antara manusia dan Tuhan, manusia dan sesama manusia, dan antara manusia dan alam dalam kehidupan sehari-hari.
Subak biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani yang diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali.
Tanah di Bali bagian selatan lebih subur dan luas daripada Bali bagian utara. Oleh karena itu, sekitar 70% penduduk di Bali Selatan bekerja dengan bercocok tanam. Sistem pengairannya disebut Subak. Di lereng pegunungan, sawah dibuat bertingkat-tingkat atau berundak-undak yang disebut sengkedan. Bila musim panen tiba, para petani di Bali Selatan berada di sawah. Sebagai tanaman selingan, mereka juga menanam palawija. Sebaliknya, di Bali Utara lahan pertaniannya sempit, sehingga penduduk Bali Utara lebih banyak menanam tanaman perkebunan, di antaranya: kopi, teh, tebu, dan kelapa.
Perhatikan peta Bali di bawah ini.
Tuliskan koordinat dari setiap daerah di bawah ini!
Gianyar berada di lokasi ( D,10)
Badung berada di lokasi ( D, 9)
Buleleng berada di lokasi (I , 8)
Tabanan berada di lokasi ( E, 8)
Bangli berada di lokasi ( F, 10 )
Keunikan budaya yang sudah tertanam dalam diri masyarakat di beberapa daerah sampai sekarang masih menjadi tradisi yang melekat. Subak di Bali menggambarkan kemampuan masyarakat adatnya menerjemahkan sistem falsafah mereka dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hal itu menjadi tercermin dalam perencanaan dan pemanfaatan lahan, penataan pemukiman, arsitektur, upacara dan ritual, serta seni dan juga organisasi sosial. Penerapan konsep tersebut juga terbukti menciptakan pemandangan alam yang mengagumkan dan memiliki nilai budaya tinggi.